Sel (biologi)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Sel selaput
penyusun umbi bawang bombai (Allium cepa) dilihat dengan mikroskop cahaya. Tampak dinding sel yang membentuk "ruang-ruang"
dan inti sel berupa noktah di dalam setiap ruang
(perbesaran 400 kali pada berkas aslinya).
Sel bakteri Helicobacter pylori dilihat
menggunakan mikroskop elektron. Bakteri ini memiliki banyak flagela pada permukaan selnya.
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup.[1][2] Sel mampu melakukan semua aktivitas
kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan
berlangsung di dalam sel.[3][4] Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas
sel tunggal,[5] atau disebut organisme uniseluler, misalnya bakteri dan ameba. Makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhan, hewan, dan manusia, merupakan organisme multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel
terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing.[1] Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas
lebih dari 1013 sel.[5] Namun demikian, seluruh tubuh semua
organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh bakteri
berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi.
Sel-sel pada
organisme multiseluler tidak akan bertahan lama jika masing-masing berdiri
sendiri.[1] Sel yang sama dikelompokkan menjadi jaringan, yang membangun organ dan kemudian sistem organ yang membentuk tubuh organisme
tersebut. Contohnya, sel otot jantung membentuk jaringan otot jantung pada organ jantung yang merupakan bagian dari sistem
organ peredaran darah pada tubuh manusia. Sementara itu, sel sendiri tersusun atas
komponen-komponen yang disebut organel.[6]
Sel terkecil
yang dikenal manusia ialah bakteri Mycoplasma dengan diameter 0,0001 sampai 0,001 mm,[7] sedangkan salah satu sel tunggal yang
bisa dilihat dengan mata telanjang ialah telur ayam yang belum dibuahi. Akan tetapi,
sebagian besar sel berdiameter antara 1 sampai 100 µm (0,001–0,1 mm) sehingga hanya bisa
dilihat dengan mikroskop.[8] Penemuan dan kajian awal tentang sel
memperoleh kemajuan sejalan dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke-17. Robert Hooke pertama kali mendeskripsikan dan
menamai sel pada tahun 1665 ketika ia mengamati suatu irisan gabus (kulit
batang pohon ek) dengan mikroskop yang memiliki
perbesaran 30 kali.[4] Namun demikian, teori sel sebagai unit
kehidupan baru dirumuskan hampir dua abad setelah itu oleh Matthias Schleiden dan Theodor Schwann. Selanjutnya, sel dikaji dalam cabang
biologi yang disebut biologi sel.
Daftar isi
- 1 Sejarah
- 2 Struktur
- 3 Komponen subseluler
- 3.1 Membran
- 3.2 Nukleus
- 3.3 Ribosom
- 3.4 Sistem endomembran
- 3.5 Mitokondria
- 3.6 Kloroplas
- 3.7 Peroksisom
- 3.8 Sitoskeleton
- 4 Komponen ekstraseluler
- 5 Fungsi
- 6 Kajian tentang sel
- 7 Referensi
- 8 Daftar pustaka
- 9 Pranala luar
Sejarah
Penemuan awal
Mikroskop majemuk dengan dua lensa telah ditemukan pada akhir abad ke-16 dan selanjutnya dikembangkan di Belanda, Italia, dan Inggris. Hingga pertengahan abad ke-17 mikroskop sudah memiliki kemampuan
perbesaran citra sampai 30 kali. Ilmuwan Inggris Robert Hooke kemudian merancang mikroskop majemuk
yang memiliki sumber cahaya sendiri sehingga lebih mudah digunakan.[10] Ia mengamati irisan-irisan tipis gabus melalui mikroskop dan menjabarkan
struktur mikroskopik gabus sebagai "berpori-pori seperti sarang lebah
tetapi pori-porinya tidak beraturan" dalam makalah yang diterbitkan pada
tahun 1665.[11] Hooke menyebut pori-pori itu cells
karena mirip dengan sel (bilik kecil) di dalam biara atau penjara.[10][12] Yang sebenarnya dilihat oleh Hooke
adalah dinding sel kosong yang melingkupi sel-sel mati
pada gabus yang berasal dari kulit pohon ek.[13] Ia juga mengamati bahwa di dalam
tumbuhan hijau terdapat sel yang berisi cairan.[9]
Pada masa yang
sama di Belanda, Antony van Leeuwenhoek, seorang pedagang kain, menciptakan mikroskopnya sendiri
yang berlensa satu dan menggunakannya untuk mengamati berbagai hal.[10] Ia berhasil melihat sel darah merah, spermatozoid, khamir bersel tunggal, protozoa, dan bahkan bakteri.[13][14] Pada tahun 1673 ia mulai mengirimkan
surat yang memerinci kegiatannya kepada Royal Society, perkumpulan ilmiah Inggris, yang lalu menerbitkannya. Pada salah
satu suratnya, Leeuwenhoek menggambarkan sesuatu yang bergerak-gerak di dalam air liur yang diamatinya di bawah mikroskop. Ia
menyebutnya diertjen atau dierken (bahasa Belanda: 'hewan kecil', diterjemahkan sebagai animalcule
dalam bahasa Inggris oleh Royal Society), yang diyakini
sebagai bakteri oleh ilmuwan modern.[10][15]
Pada tahun
1675–1679, ilmuwan Italia Marcello
Malpighi menjabarkan
unit penyusun tumbuhan yang ia sebut utricle ('kantong kecil'). Menurut
pengamatannya, setiap rongga tersebut berisi cairan dan dikelilingi oleh
dinding yang kokoh. Nehemiah Grew dari Inggris juga menjabarkan sel
tumbuhan dalam tulisannya yang diterbitkan pada tahun 1682, dan ia berhasil
mengamati banyak struktur hijau kecil di dalam sel-sel daun tumbuhan, yaitu kloroplas.[10][16]
Teori sel
Beberapa
ilmuwan pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 telah berspekulasi atau mengamati
bahwa tumbuhan dan hewan tersusun atas sel,[17] namun hal tersebut masih diperdebatkan
pada saat itu.[16] Pada tahun 1838, ahli botani Jerman Matthias Jakob Schleiden menyatakan bahwa semua tumbuhan terdiri atas sel dan bahwa semua aspek
fungsi tubuh tumbuhan pada dasarnya merupakan manifestasi aktivitas sel.[18] Ia juga menyatakan pentingnya nukleus (yang ditemukan Robert Brown pada tahun 1831) dalam fungsi dan
pembentukan sel, namun ia salah mengira bahwa sel terbentuk dari nukleus.[16][19] Pada tahun 1839, Theodor Schwann, yang setelah berdiskusi dengan
Schleiden menyadari bahwa ia pernah mengamati nukleus sel hewan sebagaimana
Schleiden mengamatinya pada tumbuhan, menyatakan bahwa semua bagian tubuh hewan juga tersusun atas sel. Menurutnya,
prinsip universal pembentukan berbagai bagian tubuh semua organisme adalah
pembentukan sel.[18]
Yang kemudian
memerinci teori sel sebagaimana yang dikenal dalam bentuk modern ialah Rudolf Virchow, seorang ilmuwan Jerman lainnya. Pada
mulanya ia sependapat dengan Schleiden mengenai pembentukan sel. Namun,
pengamatan mikroskopis atas berbagai proses patologis membuatnya menyimpulkan
hal yang sama dengan yang telah disimpulkan oleh Robert Remak dari pengamatannya terhadap sel darah merah dan embrio, yaitu bahwa sel berasal dari sel lain
melalui pembelahan sel. Pada tahun 1855, Virchow menerbitkan
makalahnya yang memuat motonya yang terkenal, omnis cellula e cellula
(semua sel berasal dari sel).[20][21]
Perkembangan biologi sel
Antara tahun
1875 dan 1895, terjadi berbagai penemuan mengenai fenomena seluler dasar,
seperti mitosis, meiosis, dan fertilisasi, serta berbagai organel penting, seperti mitokondria, kloroplas, dan badan Golgi.[22] Lahirlah bidang yang mempelajari sel,
yang saat itu disebut sitologi.
Perkembangan
teknik baru, terutama fraksinasi sel dan mikroskopi elektron, memungkinkan sitologi dan biokimia melahirkan bidang baru yang disebut biologi sel.[23] Pada tahun 1960, perhimpunan ilmiah American Society for Cell Biology didirikan di New York, Amerika Serikat, dan tidak lama setelahnya, jurnal
ilmiah Journal of Biochemical and Biophysical Cytology berganti nama
menjadi Journal of Cell Biology.[24] Pada akhir dekade 1960-an, biologi sel
telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mapan, dengan perhimpunan dan
publikasi ilmiahnya sendiri serta memiliki misi mengungkapkan mekanisme fungsi
organel sel.[25]
Struktur
Semua sel
dibatasi oleh suatu membran yang disebut membran plasma, sementara
daerah di dalam sel disebut sitoplasma.[26] Setiap sel, pada tahap tertentu dalam
hidupnya, mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan mengarahkan
aktivitas sel tersebut.[27] Selain itu, semua sel memiliki
struktur yang disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan protein yang akan digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam sel
tersebut.[5]
Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua
jenis sel yang secara struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan
posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota
terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota
tidak memiliki nukleus. Hanya bakteri dan arkea yang memiliki sel prokariotik,
sementara protista, tumbuhan, jamur, dan hewan memiliki sel eukariotik.[7]
Sel prokariota
Pada sel prokariota (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon,
'biji'), tidak ada membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya, dan daerah tempat DNA
terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid.[7] Kebanyakan prokariota merupakan organisme uniseluler dengan sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan
volumenya sekitar 1 µm3) serta umumnya terdiri dari selubung sel,
membran sel, sitoplasma, nukleoid, dan beberapa struktur lain.[28]
Hampir semua
sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya. Jika selubung
tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan, lapisan itu disebut sebagai dinding sel. Kebanyakan bakteri memiliki suatu membran luar yang
menutupi lapisan peptidoglikan, dan ada pula bakteri yang memiliki selubung sel
dari protein. Sementara itu, kebanyakan selubung
sel arkea berbahan protein, walaupun ada juga
yang berbahan peptidoglikan. Selubung sel prokariota mencegah sel pecah akibat tekanan osmotik pada lingkungan yang memiliki konsentrasi lebih rendah daripada isi sel.[29]
Sejumlah
prokariota memiliki struktur lain di luar selubung selnya. Banyak jenis bakteri
memiliki lapisan di luar dinding sel yang disebut kapsul yang membantu
sel bakteri melekat pada permukaan benda dan sel lain. Kapsul juga dapat
membantu sel bakteri menghindar dari sel kekebalan tubuh manusia jenis tertentu. Selain itu,
sejumlah bakteri melekat pada permukaan benda dan sel lain dengan benang
protein yang disebut pilus (jamak: pili) dan fimbria
(jamak: fimbriae). Banyak jenis bakteri bergerak menggunakan flagelum (jamak: flagela) yang melekat pada
dinding selnya dan berputar seperti motor.[30]
Prokariota
umumnya memiliki satu molekul DNA dengan struktur lingkar yang terkonsentrasi
pada nukleoid. Selain itu, prokariota sering kali juga memiliki bahan genetik
tambahan yang disebut plasmid yang juga berstruktur DNA lingkar.
Pada umumnya, plasmid tidak dibutuhkan oleh sel untuk pertumbuhan meskipun
sering kali plasmid membawa gen tertentu yang memberikan keuntungan tambahan
pada keadaan tertentu, misalnya resistansi terhadap antibiotik.[31]
Prokariota juga
memiliki sejumlah protein struktural yang disebut sitoskeleton, yang pada mulanya dianggap hanya ada
pada eukariota.[32] Protein skeleton tersebut meregulasi pembelahan sel dan berperan menentukan bentuk sel.[33]
Sel eukariota
Gambaran umum
sel tumbuhan.
Gambaran umum
sel hewan.
Tidak seperti prokariota, sel eukariota (bahasa Yunani, eu, 'sebenarnya' dan karyon)
memiliki nukleus. Diameter sel eukariota biasanya 10
hingga 100 µm, sepuluh kali lebih besar daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di antara
nukleus dan membran sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium
semicair yang disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-organel dengan bentuk dan fungsi
terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki prokariota.[7] Kebanyakan organel dibatasi oleh satu
lapis membran, namun ada pula yang dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus.
Selain nukleus,
sejumlah organel lain dimiliki hampir semua sel eukariota, yaitu (1) mitokondria, tempat sebagian besar metabolisme energi sel terjadi; (2) retikulum endoplasma, suatu jaringan membran tempat sintesis glikoprotein dan lipid; (3) badan Golgi, yang mengarahkan hasil sintesis sel
ke tempat tujuannya; serta (4) peroksisom, tempat perombakan asam lemak dan asam amino. Lisosom, yang menguraikan komponen sel yang
rusak dan benda asing yang dimasukkan oleh sel, ditemukan pada sel hewan, tetapi tidak pada sel tumbuhan. Kloroplas, tempat terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel tertentu
daun tumbuhan dan sejumlah organisme uniseluler. Baik sel tumbuhan maupun sejumlah eukariota uniseluler
memiliki satu atau lebih vakuola, yaitu organel tempat menyimpan
nutrien dan limbah serta tempat terjadinya sejumlah reaksi penguraian.[34]
Jaringan
protein serat sitoskeleton mempertahankan bentuk sel dan
mengendalikan pergerakan struktur di dalam sel eukariota.[34] Sentriol, yang hanya ditemukan pada sel hewan
di dekat nukleus, juga terbuat dari sitoskeleton.[35]
Dinding sel yang kaku, terbuat dari selulosa dan polimer lain, mengelilingi sel tumbuhan dan
membuatnya kuat dan tegar. Fungi juga memiliki dinding sel, namun
komposisinya berbeda dari dinding sel bakteri maupun tumbuhan.[34] Di antara dinding sel tumbuhan yang
bersebelahan terdapat saluran yang disebut plasmodesmata.[36]
Komponen subseluler
Membran
Membran sel yang membatasi sel disebut sebagai
membran plasma dan berfungsi sebagai rintangan selektif yang memungkinkan
aliran oksigen, nutrien, dan limbah yang cukup untuk
melayani seluruh volume sel.[7] Membran sel juga berperan dalam
sintesis ATP, pensinyalan sel, dan adhesi sel.
Membran sel
berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari molekul lipid dan protein. Membran sel bersifat dinamik dan
kebanyakan molekulnya dapat bergerak di sepanjang bidang membran. Molekul lipid
membran tersusun dalam dua lapis dengan tebal sekitar 5 nm yang menjadi penghalang bagi
kebanyakan molekul hidrofilik. Molekul-molekul protein yang menembus
lapisan ganda lipid tersebut berperan dalam hampir semua fungsi lain membran,
misalnya mengangkut molekul tertentu melewati membran. Ada pula protein yang
menjadi pengait struktural ke sel lain, atau menjadi reseptor yang
mendeteksi dan menyalurkan sinyal kimiawi dalam lingkungan sel. Diperkirakan
bahwa sekitar 30% protein yang dapat disintesis sel hewan merupakan protein
membran.[37]
Nukleus
Nukleus dan bagian-bagiannya.
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota (sebagian lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter rata-rata 5 µm, organel ini umumnya adalah organel yang paling
mencolok dalam sel eukariota.[38] Kebanyakan sel memiliki satu nukleus,[39] namun ada pula yang memiliki banyak
nukleus, contohnya sel otot rangka, dan ada pula yang tidak memiliki
nukleus, contohnya sel darah merah matang yang kehilangan nukleusnya saat
berkembang.[40]
Selubung
nukleus melingkupi nukleus dan memisahkan isinya (yang disebut nukleoplasma)
dari sitoplasma. Selubung ini terdiri dari dua membran yang masing-masing merupakan lapisan
ganda lipid dengan protein terkait. Membran luar dan dalam selubung nukleus
dipisahkan oleh ruangan sekitar 20–40 nm. Selubung nukleus memiliki sejumlah
pori yang berdiameter sekitar 100 nm dan pada bibir setiap pori, kedua membran
selubung nukleus menyatu.[38]
Di dalam
nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi kromatin. Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang berbentuk benang
akan menggulung, menjadi cukup tebal untuk dibedakan melalui mikroskop sebagai struktur terpisah yang disebut
kromosom.[38]
Struktur yang
menonjol di dalam nukleus sel yang sedang tidak membelah ialah nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah
komponen ribosom disintesis dan dirakit.
Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan melalui pori nukleus ke sitoplasma,
tempat semuanya bergabung menjadi ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih dari
satu nukleolus, bergantung pada spesiesnya dan tahap reproduksi sel tersebut.[38]
Nukleus
mengedalikan sintesis
protein di dalam
sitoplasma dengan cara mengirim molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis berdasarkan
"pesan" gen pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke
sitoplasma melalui pori nukleus dan melekat pada ribosom, tempat pesan genetik
tersebut diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein yang disintesis.[38]
Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis protein yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati manusia yang memiliki beberapa juta
ribosom.[38] Ribosom sendiri tersusun atas berbagai
jenis protein dan sejumlah molekul RNA.
Ribosom eukariota lebih besar daripada ribosom prokariota, namun keduanya sangat mirip dalam hal
struktur dan fungsi. Keduanya terdiri dari satu subunit besar dan satu subunit
kecil yang bergabung membentuk ribosom lengkap dengan massa beberapa juta dalton.[41]
Pada eukariota,
ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau terikat pada bagian luar retikulum endoplasma. Sebagian besar protein yang diproduksi ribosom bebas
akan berfungsi di dalam sitosol, sementara ribosom terikat umumnya membuat protein
yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam membran, untuk dibungkus di dalam organel
tertentu seperti lisosom, atau untuk dikirim ke luar sel.
Ribosom bebas dan terikat memiliki struktur identik dan dapat saling bertukar
tempat. Sel dapat menyesuaikan jumlah relatif masing-masing ribosom begitu
metabolismenya berubah.[38]
Sistem endomembran
Sistem
endomembran sel.
Berbagai membran dalam sel eukariota merupakan bagian dari sistem
endomembran. Membran ini dihubungkan melalui sambungan fisik langsung atau
melalui transfer antarsegmen membran dalam bentuk vesikel (gelembung yang dibungkus membran)
kecil. Sistem endomembran mencakup selubung nukleus, retikulum endoplasma, badan Golgi, lisosom, berbagai jenis vakuola, dan membran plasma.[38] Sistem ini memiliki berbagai fungsi,
termasuk sintesis dan modifikasi protein serta transpor
protein ke membran dan organel atau ke luar sel, sintesis lipid, dan penetralan beberapa jenis racun.[42]
Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang terdiri dari
jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan vesikel yang saling terhubung. Terdapat dua
bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum
endoplasma halus.[42]
Retikulum
endoplasma kasar disebut demikian karena permukaannya ditempeli banyak ribosom. Ribosom yang mulai mensintesis
protein dengan tempat tujuan tertentu, seperti organel tertentu atau membran,
akan menempel pada retikulum endoplasma kasar. Protein yang terbentuk akan
terdorong ke bagian dalam retikulum endoplasma yang disebut lumen.[43] Di dalam lumen, protein tersebut
mengalami pelipatan dan dimodifikasi, misalnya dengan penambahan karbohidrat untuk membentuk glikoprotein. Protein tersebut lalu dipindahkan ke
bagian lain sel di dalam vesikel kecil yang menyembul keluar dari
retikulum endoplasma, dan bergabung dengan organel yang berperan lebih lanjut
dalam modifikasi dan distribusinya. Kebanyakan protein menuju ke badan Golgi, yang akan mengemas dan memilahnya
untuk diantarkan ke tujuan akhirnya.
Retikulum
endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada permukaannya. Retikulum endoplasma
halus berfungsi, misalnya, dalam sintesis lipid komponen membran sel. Dalam jenis sel
tertentu, misalnya sel hati, membran retikulum endoplasma halus
mengandung enzim yang mengubah obat-obatan, racun, dan produk sampingan beracun dari metabolisme sel menjadi senyawa-senyawa yang
kurang beracun atau lebih mudah dikeluarkan tubuh.[42]
Badan Golgi
Badan Golgi (dinamai menurut nama penemunya, Camillo Golgi) tersusun atas setumpuk kantong pipih
dari membran yang disebut sisterna. Biasanya
terdapat tiga sampai delapan sisterna, tetapi ada sejumlah organisme yang
memiliki badan Golgi dengan puluhan sisterna. Jumlah dan ukuran badan Golgi
bergantung pada jenis sel dan aktivitas metabolismenya. Sel yang aktif melakukan sekresi protein dapat memiliki ratusan badan Golgi.
Organel ini biasanya terletak di antara retikulum endoplasma dan membran plasma.[42]
Sisi badan
Golgi yang paling dekat dengan nukleus disebut sisi cis, sementara
sisi yang menjauhi nukleus disebut sisi trans. Ketika tiba di sisi cis,
protein dimasukkan ke dalam lumen sisterna. Di
dalam lumen, protein tersebut dimodifikasi, misalnya dengan penambahan karbohidrat, ditandai dengan penanda kimiawi, dan
dipilah-pilah agar nantinya dapat dikirim ke tujuannya masing-masing.[43]
Badan Golgi
mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang disekresikan ke luar sel,
ada yang digabungkan ke membran plasma sebagai protein transmembran, dan ada
pula yang ditempatkan di dalam lisosom. Protein yang disekresikan dari sel
diangkut ke membran plasma di dalam vesikel sekresi, yang melepaskan isinya dengan
cara bergabung dengan membran plasma dalam proses eksositosis. Proses sebaliknya, endositosis, dapat terjadi bila membran plasma
mencekung ke dalam sel dan membentuk vesikel endositosis yang dibawa ke badan
Golgi atau tempat lain, misalnya lisosom.[42]
Lisosom
Lisosom pada sel hewan merupakan vesikel yang memuat lebih dari 30 jenis enzim hidrolitik untuk menguraikan berbagai
molekul kompleks. Sel menggunakan kembali subunit molekul yang sudah diuraikan
lisosom itu. Bergantung pada zat yang diuraikannya, lisosom dapat memiliki
berbagai ukuran dan bentuk. Organel ini dibentuk sebagai vesikel yang
melepaskan diri dari badan Golgi.[42]
Lisosom
menguraikan molekul makanan yang masuk ke dalam sel melalui endositosis ketika suatu vesikel endositosis
bergabung dengan lisosom. Dalam proses yang disebut autofagi, lisosom mencerna organel yang tidak berfungsi dengan benar.
Lisosom juga berperan dalam fagositosis, proses yang dilakukan sejumlah jenis
sel untuk menelan bakteri atau fragmen sel lain untuk diuraikan.
Contoh sel yang melakukan fagositosis ialah sejenis sel darah putih yang disebut fagosit, yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.[42]
Vakuola
Kebanyakan
fungsi lisosom sel hewan dilakukan oleh vakuola pada sel tumbuhan. Membran vakuola, yang merupakan bagian dari
sistem endomembran, disebut tonoplas. Vakuola berasal dari kata bahasa Latin vacuolum yang berarti 'kosong'
dan dinamai demikian karena organel ini tidak memiliki struktur internal.
Umumnya vakuola lebih besar daripada vesikel, dan kadang kala terbentuk dari
gabungan banyak vesikel.[44]
Sel tumbuhan
muda berukuran kecil dan mengandung banyak vakuola kecil yang kemudian
bergabung membentuk suatu vakuola sentral seiring dengan penambahan air ke dalamnya. Ukuran sel tumbuhan
diperbesar dengan menambahkan air ke dalam vakuola sentral tersebut. Vakuola
sentral juga mengandung cadangan makanan, garam-garam, pigmen, dan limbah metabolisme. Zat yang
beracun bagi herbivora dapat pula disimpan dalam vakuola
sebagai mekanisme pertahanan. Vakuola juga berperan penting dalam
mempertahankan tekanan turgor tumbuhan.[44]
Vakuola
memiliki banyak fungsi lain dan juga dapat ditemukan pada sel hewan dan protista uniseluler. Kebanyakan protozoa memiliki vakuola makanan, yang
bergabung dengan lisosom agar makanan di dalamnya dapat dicerna. Beberapa jenis
protozoa juga memiliki vakuola kontraktil, yang mengeluarkan kelebihan air dari
sel.[44]
Mitokondria
Sebagian besar
sel eukariota mengandung banyak mitokondria, yang menempati sampai 25 persen
volume sitoplasma. Organel ini termasuk organel yang besar,
secara umum hanya lebih kecil dari nukleus, vakuola, dan kloroplas.[45] Nama mitokondria berasal dari
penampakannya yang seperti benang (bahasa Yunani mitos, 'benang') di bawah mikroskop cahaya.[46]
Organel ini
memiliki dua macam membran, yaitu membran luar dan membran dalam,
yang dipisahkan oleh ruang antarmembran. Luas permukaan membran dalam lebih
besar daripada membran luar karena memiliki lipatan-lipatan, atau krista,
yang menyembul ke dalam matriks, atau ruang dalam mitokondria.[45]
Mitokondria
adalah tempat berlangsungnya respirasi
seluler, yaitu suatu
proses kimiawi yang memberi energi pada sel.[47] Karbohidrat dan lemak merupakan contoh molekul makanan
berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dan karbon dioksida oleh reaksi-reaksi di dalam
mitokondria, dengan pelepasan energi. Kebanyakan energi yang dilepas dalam
proses itu ditangkap oleh molekul yang disebut ATP.
Mitokondria-lah yang menghasilkan sebagian besar ATP sel.[42] Energi kimiawi ATP nantinya dapat
digunakan untuk menjalankan berbagai reaksi kimia dalam sel.[44] Sebagian besar tahap pemecahan molekul
makanan dan pembuatan ATP tersebut dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam krista dan
matriks mitokondria.[45]
Mitokondria
memperbanyak diri secara independen dari keseluruhan bagian sel lain.[46] Organel ini memiliki DNA sendiri yang menyandikan sejumlah protein mitokondria, yang dibuat pada ribosomnya sendiri yang serupa dengan ribosom prokariota.[44]
Kloroplas
Kloroplas merupakan salah satu jenis organel yang disebut plastid pada tumbuhan dan alga.[36] Kloroplas mengandung klorofil, pigmen hijau yang menangkap energi cahaya
untuk fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang
mengubah energi cahaya menjadi energi kimiawi yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan senyawa organik lain.[48]
Satu sel alga
uniseluler dapat memiliki satu kloroplas saja, sementara satu sel daun dapat memiliki 20 sampai 100 kloroplas.
Organel ini cenderung lebih besar daripada mitokondria, dengan panjang 5–10 µm atau lebih.
Kloroplas biasanya berbentuk seperti cakram dan, seperti mitokondria, memiliki
membran luar dan membran dalam yang dipisahkan oleh ruang antarmembran. Membran
dalam kloroplas menyelimuti stroma, yang memuat berbagai enzim yang bertanggung jawab membentuk
karbohidrat dari karbon dioksida dan air dalam fotosintesis. Suatu sistem
membran dalam yang kedua di dalam stroma terdiri dari kantong-kantong pipih
disebut tilakoid yang saling berhubungan. Tilakoid-tilakoid membentuk
suatu tumpukan yang disebut granum (jamak, grana). Klorofil
terdapat pada membran tilakoid, yang berperan serupa dengan membran dalam
mitokondria, yaitu terlibat dalam pembentukan ATP.[48] Sebagian ATP yang terbentuk ini
digunakan oleh enzim di stroma untuk mengubah karbon dioksida menjadi senyawa
antara berkarbon tiga yang kemudian dikeluarkan ke sitoplasma dan diubah menjadi karbohidrat.[49]
Sama seperti
mitokondria, kloroplas juga memiliki DNA dan ribosomnya sendiri serta tumbuh dan memperbanyak
dirinya sendiri.[44] Kedua organel ini juga dapat
berpindah-pindah tempat di dalam sel.[49]
Peroksisom
Peroksisom berukuran mirip dengan lisosom dan dapat ditemukan dalam semua sel eukariota.[50] Organel ini dinamai demikian karena
biasanya mengandung satu atau lebih enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2).[51] Hidrogen peroksida merupakan bahan
kimia beracun, namun di dalam peroksisom senyawa ini digunakan untuk reaksi
oksidasi lain atau diuraikan menjadi air dan oksigen. Salah satu tugas peroksisom adalah
mengoksidasi asam lemak panjang menjadi lebih pendek yang
kemudian dibawa ke mitokondria untuk oksidasi sempurna.[50] Peroksisom pada sel hati dan ginjal juga mendetoksifikasi berbagai molekul
beracun yang memasuki darah, misalnya alkohol. Sementara itu, peroksisom pada biji tumbuhan berperan penting mengubah
cadangan lemak biji menjadi karbohidrat yang digunakan dalam tahap perkecambahan.[51]
Sitoskeleton
Sitoskeleton eukariota terdiri dari tiga jenis serat protein,
yaitu mikrotubulus, filamen intermediat, dan mikrofilamen.[52] Protein sitoskeleton yang serupa dan
berfungsi sama dengan sitoskeleton eukariota ditemukan pula pada prokariota.[33] Mikrotubulus berupa silinder berongga
yang memberi bentuk sel, menuntun gerakan organel, dan membantu pergerakan kromosom pada saat pembelahan sel. Silia dan flagela eukariota, yang merupakan alat bantu
pergerakan, juga berisi mikrotubulus. Filamen intermediat mendukung bentuk sel
dan membuat organel tetap berada di tempatnya. Sementara itu, mikrofilamen,
yang berupa batang tipis dari protein aktin, berfungsi antara lain dalam kontraksi
otot pada hewan, pembentukan pseudopodia untuk pergerakan sel ameba, dan aliran bahan di dalam sitoplasma
sel tumbuhan.[53]
Sejumlah protein
motor menggerakkan berbagai organel di sepanjang sitoskeleton eukariota.
Secara umum, protein motor dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu kinesin, dinein, dan miosin. Kinesin dan dinein bergerak pada
mikrotubulus, sementara miosin bergerak pada mikrofilamen.[54]
Komponen ekstraseluler
Sel-sel hewan dan tumbuhan disatukan sebagai jaringan terutama oleh matriks ekstraseluler, yaitu jejaring kompleks molekul yang disekresikan sel dan berfungsi utama membentuk
kerangka pendukung. Terutama pada hewan, sel-sel pada kebanyakan jaringan
terikat langsung satu sama lain melalui sambungan sel.[55]
Matriks ekstraseluler hewan
Matriks ekstraseluler sel hewan berbahan penyusun utama glikoprotein (protein yang berikatan dengan karbohidrat pendek), dan yang paling melimpah
ialah kolagen yang membentuk serat kuat di bagian
luar sel. Serat kolagen ini tertanam dalam jalinan tenunan yang terbuat dari proteoglikan, yang merupakan glikoprotein kelas
lain[56] Variasi jenis dan susunan molekul
matriks ekstraseluler menimbulkan berbagai bentuk, misalnya keras seperti
permukaan tulang dan gigi, transparan seperti kornea mata, atau berbentuk seperti tali kuat
pada otot. Matriks ekstraseluler tidak hanya
menyatukan sel-sel tetapi juga memengaruhi perkembangan, bentuk, dan perilaku sel.[57]
Dinding sel tumbuhan
Dinding sel tumbuhan merupakan matriks ekstraseluler yang menyelubungi tiap sel tumbuhan.[58] Dinding ini tersusun atas serabut selulosa yang tertanam dalam polisakarida lain serta protein dan berukuran jauh lebih tebal
daripada membran plasma, yaitu 0,1 µm hingga beberapa
mikrometer. Dinding sel melindungi sel tumbuhan, mempertahankan bentuknya, dan
mencegah pengisapan air secara berlebihan.[59]
Sambungan antarsel
Sambungan sel (cell junction) dapat ditemukan
pada titik-titik pertemuan antarsel atau antara sel dan matriks ekstraseluler. Menurut fungsinya, sambungan sel dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu (1) sambungan penyumbat (occluding junction), (2)
sambungan jangkar (anchoring junction), dan (3) sambungan pengomunikasi
(communicating junction). Sambungan penyumbat menyegel permukaan dua sel
menjadi satu sedemikian rupa sehingga molekul kecil sekalipun tidak dapat
lewat, contohnya ialah sambungan ketat (tight junction) pada vertebrata. Sementara itu, sambungan jangkar
menempelkan sel (dan sitoskeletonnya) ke sel tetangganya atau ke matriks
ekstraseluler. Terakhir, sambungan pengomunikasi menyatukan dua sel tetapi
memungkinkan sinyal kimiawi atau listrik melintas antarsel tersebut. Plasmodesmata merupakan contoh sambungan
pengomunikasi yang hanya ditemukan pada tumbuhan.[60]
Fungsi
Metabolisme
Keseluruhan reaksi kimia yang membuat makhluk hidup mampu melakukan aktivitasnya disebut metabolisme,[61] dan sebagian besar reaksi kimia
tersebut terjadi di dalam sel.[3] Metabolisme yang terjadi di dalam sel
dapat berupa reaksi katabolik, yaitu perombakan senyawa kimia untuk
menghasilkan energi maupun untuk dijadikan bahan
pembentukan senyawa lain, dan reaksi anabolik, yaitu reaksi penyusunan komponen sel.[62] Salah satu proses katabolik yang merombak
molekul makanan untuk menghasilkan energi di dalam sel ialah respirasi seluler, yang sebagian besar berlangsung di dalam mitokondria eukariota atau sitosol prokariota dan menghasilkan ATP. Sementara itu, contoh proses anabolik
ialah sintesis
protein yang
berlangsung pada ribosom dan membutuhkan ATP.
Komunikasi sel
Kemampuan sel
untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan 'sinyal' dari dan kepada
sel lain, menentukan interaksi antarorganisme uniseluler serta mengatur fungsi dan perkembangan tubuh organisme multiseluler. Misalnya, bakteri berkomunikasi satu sama lain dalam
proses quorum sensing (pengindraan kuorum) untuk menentukan
apakah jumlah mereka sudah cukup sebelum membentuk biofilm, sementara sel-sel dalam embrio hewan berkomunikasi untuk koordinasi
proses diferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
Komunikasi sel
terdiri dari proses transfer sinyal antarsel dalam bentuk molekul (misalnya hormon) atau aktivitas listrik, dan transduksi sinyal di dalam sel
target ke molekul yang menghasilkan respons sel. Mekanisme transfer sinyal
dapat terjadi dengan kontak antarsel (misalnya melalui sambungan
pengomunikasi), penyebaran
molekul sinyal ke sel yang berdekatan, penyebaran molekul sinyal ke sel yang
jauh melalui saluran (misalnya pembuluh darah), atau perambatan sinyal listrik ke
sel yang jauh (misalnya pada jaringan otot polos). Selanjutnya, molekul sinyal
menembus membran secara langsung, lewat melalui kanal
protein, atau melekat pada reseptor berupa protein transmembran pada permukaan
sel target dan memicu transduksi sinyal di dalam sel. Transduksi sinyal ini
dapat melibatkan sejumlah zat yang disebut pembawa pesan kedua (second
messenger) yang konsentrasinya meningkat setelah pelekatan molekul sinyal
pada reseptor dan yang nantinya meregulasi aktivitas protein lain di dalam sel.
Selain itu, transduksi sinyal juga dapat dilakukan oleh sejumlah jenis protein
yang pada akhirnya dapat memengaruhi metabolisme, fungsi, atau perkembangan
sel.[63][64]
Siklus sel
Video yang
dipercepat menggambarkan pembelahan sel bakteri E. coli
Setiap sel
berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan
sel antara pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus sel.[65] Pada kebanyakan sel, siklus ini
terdiri dari empat proses terkoordinasi, yaitu pertumbuhan sel, replikasi DNA, pemisahan DNA yang sudah digandakan
ke dua calon sel anakan, serta pembelahan sel.[66] Pada bakteri, proses pemisahan DNA ke calon sel
anakan dapat terjadi bersamaan dengan replikasi DNA, dan siklus sel yang
berurutan dapat bertumpang tindih. Hal ini tidak terjadi pada eukariota yang siklus selnya terjadi dalam empat
fase terpisah sehingga laju pembelahan sel bakteri dapat lebih cepat daripada
laju pembelahan sel eukariota.[67] Pada eukariota, tahap pertumbuhan sel
umumnya terjadi dua kali, yaitu sebelum replikasi DNA (disebut fase G1,
gap 1) dan sebelum pembelahan sel (fase G2). Siklus
sel bakteri tidak wajib memiliki fase G1, namun memiliki fase G2
yang disebut periode D. Tahap replikasi DNA pada eukariota disebut fase S
(sintesis), atau pada bakteri ekuivalen dengan periode C. Selanjutnya,
eukariota memiliki tahap pembelahan nukleus yang disebut fase M (mitosis).
Peralihan
antartahap siklus sel dikendalikan oleh suatu perlengkapan pengaturan yang
tidak hanya mengoordinasi berbagai kejadian dalam siklus sel, tetapi juga
menghubungkan siklus sel dengan sinyal
ekstrasel yang
mengendalikan perbanyakan sel. Misalnya, sel hewan pada fase G1 dapat berhenti
dan tidak beralih ke fase S bila tidak ada faktor pertumbuhan tertentu, melainkan
memasuki keadaan yang disebut fase G0 dan tidak mengalami
pertumbuhan maupun perbanyakan. Contohnya adalah sel fibroblas yang hanya membelah diri untuk
memperbaiki kerusakan tubuh akibat luka.[66] Jika pengaturan siklus sel terganggu,
misalnya karena mutasi, risiko pembentukan tumor—yaitu perbanyakan sel yang tidak
normal—meningkat dan dapat berpengaruh pada pembentukan kanker.[68]
Diferensiasi sel
Diferensiasi
sel menciptakan
keberagaman jenis sel yang muncul selama perkembangan suatu organisme multiseluler dari sebuah sel telur yang sudah
dibuahi. Misalnya, mamalia yang berasal dari sebuah sel
berkembang menjadi suatu organisme dengan ratusan jenis sel berbeda seperti otot, saraf, dan kulit.[69] Sel-sel dalam embrio yang sedang berkembang melakukan pensinyalan sel yang memengaruhi ekspresi gen sel dan menyebabkan diferensiasi
tersebut.[70]
Kematian sel terprogram
Sel dalam organisme multiseluler dapat mengalami suatu kematian
terprogram yang berguna untuk pengendalian populasi sel dengan cara mengimbangi
perbanyakan sel, misalnya untuk mencegah munculnya tumor. Kematian sel juga berguna untuk
menghilangkan bagian tubuh yang tidak diperlukan. Contohnya, pada saat
pembentukan embrio, jari-jari pada tangan atau kaki
manusia pada mulanya saling menyatu, namun kemudian terbentuk berkat kematian
sel-sel antarjari. Dengan demikian, waktu dan tempat terjadinya kematian sel,
sama seperti pertumbuhan dan pembelahan sel, merupakan proses yang sangat
terkendali. Kematian sel semacam itu terjadi dalam proses yang disebut apoptosis yang dimulai ketika suatu faktor
penting hilang dari lingkungan sel atau ketika suatu sinyal internal diaktifkan. Gejala awal
apoptosis ialah pemadatan nukleus dan fragmentasi DNA yang diikuti oleh
penyusutan sel.[71]
Kajian tentang sel
Biologi sel modern berkembang dari integrasi
antara sitologi, yaitu kajian tentang struktur sel, dan biokimia, yaitu kajian tentang molekul dan proses kimiawi metabolisme. Mikroskop merupakan peralatan yang paling
penting dalam sitologi, sementara pendekatan biokimia yang disebut fraksinasi sel juga telah menjadi sangat penting
dalam biologi sel.[72]
Mikroskopi
Silia pada permukaan sel bagian dalam trakea mamalia dilihat dengan SEM (perbesaran
10.000 kali pada berkas aslinya).
Mikroskop berperan dalam kajian tentang sel
sejak awal penemuannya. Jenis mikroskop yang digunakan para ilmuwan Renaisans dan yang kini masih banyak digunakan
di laboratorium ialah mikroskop
cahaya. Cahaya tampak dilewatkan menembus spesimen dan
kemudian lensa kaca yang merefraksikan cahaya sedemikian rupa sehingga citra
spesimen tersebut diperbesar ketika diproyeksikan ke mata pengguna mikroskop.
Namun demikian, mikroskop cahaya memiliki batas daya urai, yaitu tidak mampu
menguraikan perincian yang lebih halus dari kira-kira 0,2 µm (ukuran bakteri kecil). Pengembangan teknik penggunaan
mikroskop cahaya sejak awal abad ke-20 melibatkan usaha untuk meningkatkan
kontras, misalnya dengan pewarnaan atau pemberian zat fluoresen. Selanjutnya, biologi sel mengalami kemajuan pesat dengan
penemuan mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron sebagai pengganti cahaya tampak dan
dapat memiliki resolusi (daya urai) sekitar 2 nm. Terdapat dua jenis dasar
mikroskop elektron, yaitu mikroskop elektron transmisi (transmission
electron microscope, TEM) dan mikroskop elektron payar (scanning
electron microscope, SEM). TEM terutama digunakan untuk mengkaji struktur
internal sel, sementara SEM sangat berguna untuk melihat permukaan spesimen
secara rinci.[72]
Fraksinasi sel
Fraksinasi sel ialah teknik untuk memisahkan
bagian-bagian sel. Secara umum, teknik ini melibatkan homogenisasi, yaitu
pemecahan sel secara halus dengan bantuan blender atau alat ultrasuara, dan sentrifugasi, yaitu pemisahan komponen-komponen sel
oleh gaya
sentrifugal dalam alat sentrifuge, alat seperti komidi putar untuk tabung reaksi yang dapat
berputar pada berbagai kecepatan. Sentrifuge yang paling canggih, yang disebut
ultrasentrifuge, dapat berputar secepat 80.000 rotasi per
menit (rpm) dan
memberikan gaya pada partikel-partikel sampel hingga 500.000 kali gaya
gravitasi bumi (500.000 g). Pemutaran homogenat di dalam sentrifuge akan
memisahkan bagian-bagian sel ke dalam dua fraksi, yaitu pelet, yang terdiri
atas struktur-struktur lebih besar yang terkumpul di bagian bawah tabung
sentrifuge, dan supernatan, yang terdiri atas bagian-bagian sel yang lebih
kecil yang tersuspensi dalam cairan di atas pelet tersebut. Supernatan ini
disentrifugasi kembali dan prosesnya diulangi, dengan kecepatan putaran yang
semakin tinggi pada setiap tahap, sehingga komponen sel yang semakin lama
semakin kecil terkumpul dalam pelet yang berurutan.[72]
Referensi
11.
^ (Inggris) Micrographia: Some Physiological Descriptions of Minute
Bodies Made by Magnifying Glasses with Observations and Inquiries Thereupon oleh Robert
Hooke, di Proyek Gutenberg
15.
^ Anderson, D. (1 September 2009). "Dutch". Lens on Leeuwenhoek (dalam
bahasa Inggris). Diakses 02-02-2012.
45.
^ a b c Lodish et al.
2000, "Mitochondria
Are the Principal Sites of ATP Production in Aerobic Cells"
49.
^ a b Lodish et al.
2000, "Chloroplasts,
the Sites of Photosynthesis, Contain Three Membrane-Limited Compartments"
55.
^ Alberts et al.
2002, "Chapter 19: Cell Junctions, Cell
Adhesion, and the Extracellular Matrix"
Daftar pustaka
- Alberts, B.; Johnson, A.; Lewis, J.; Raff, M.; Roberts, K.; Walters, P. (2002). Molecular Biology of the Cell (dalam bahasa Inggris) (ed. 4). New York: Garland Science.
- Bechtel, Wiiliam (2006). Discovering Cell Mechanisms: The Creation of Modern Cell Biology (dalam bahasa Inggris). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 9780521812474.
- Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Mitchell, L.G. (2002). Biologi 1. Diterjemahkan oleh R. Lestari dkk. (ed. 5). Jakarta: Erlangga. ISBN 9796884682.
- Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Mitchell, L.G. (2004). Biologi 3. Diterjemahkan oleh W. Manalu (ed. 5). Jakarta: Erlangga. ISBN 9789796884704. (lihat di Penelusuran Buku Google)
- Clements, M.; Saffrey, J. (2001). "Communication between Cells". In Saffrey, J. (penyunting). The Core of Life (dalam bahasa Inggris) 2. Milton Keynes: The Open University. ISBN 9780749235673.
- Cooper, G.M. (2000). The Cell: A Molecular Approach (dalam bahasa Inggris) (ed. 2). Sunderland, MA: Sinauer Associates.
- Everson, Ted (2007). The Gene: a historical perspective (dalam bahasa Inggris). Westport, CT: Greenwood Press. ISBN 9780313334498.
- Fried, George H.; Hademenos, George J. (2006). Schaum's Outlines Biologi. Diterjemahkan oleh D. Tyas (ed. 2). Jakarta: Erlangga. ISBN 9789797817138.
- Medical Cell Biology (dalam bahasa Inggris) (ed. 3). Burlington, MA: Academic Press. 2008. ISBN 9780123704580. Unknown parameter |editor_last= ignored (help)
- Harris, Henry (2000). The Birth of the Cell (dalam bahasa Inggris). New Haven: Yale University Press. ISBN 9780300082951.
- Hay, Elizabeth D. (1992), "Cell Biology", in Morris, C. et al. (penyunting), Academic Press Dictionary of Science and Technology (dalam bahasa Inggris), San Diego: Academic Press, ISBN 9780122004001
- Karp, Gerald (2009). Cell and Molecular Biology: Concepts and Experiments (dalam bahasa Inggris) (ed. 6). Hoboken, NJ: John Wiley and Sons. ISBN 9780470483374.
- Kratz, R.F. (2009). Molecular & Cell Biology for Dummies (dalam bahasa Inggris). Hoboken, NJ: John Wiley & Son. ISBN 9780470531020.
- Lodish, H.; Berk, A.; Zipursky, S.L.; Matsudaira, P.; Baltimore, D; Darnell, J. (2000). Molecular Cell Biology (dalam bahasa Inggris) (ed. 4). New York: W. H. Freeman.
- Magner, L.N. (2002). A History of the Life Sciences (dalam bahasa Inggris) (ed. 3). New York: CRC Press. ISBN 9780824743604.
- Marks; Marks, A.D.; Smith, C.M. (2000). Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Diterjemahkan oleh B.U. Pendit. Jakarta: EGC. ISBN 9789794484838. Text "firstD.B. " ignored (help) (lihat di Penelusuran Buku Google)
- Pommerville, J.C. (2011). Alcamo's Fundamentals of Microbiology (dalam bahasa Inggris) (ed. 9). Sudbury, MA: Jones & Bartlett Publishers. ISBN 9781449615666.
- Porter, J.R. (Juni 1976). "Antony van Leeuwenhoek: tercentenary of his discovery of bacteria". Bacteriol. Rev. (dalam bahasa Inggris) 40: 260–269. OCLC 679604905.
- Russell, P.J.; Hertz, P.E.; McMillan, B. (2011). Biology: The Dynamic Science (dalam bahasa Inggris) 1 (ed. 2). Belmont, CA: Cengage Learning. ISBN 9780538493727.
- Schwartz, James (2008). In Pursuit of the Gene: From Darwin to DNA (dalam bahasa Inggris). Cambridge: Harvard University Press. ISBN 9780674026704.
- Sloane, Ethel (2003). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Diterjemahkan oleh J. Veldman. Jakarta: EGC. ISBN 9789794486221.
- Solomon, E.P.; Berg, L.R.; Martin, D.W. (2004). Biology (dalam bahasa Inggris) (ed. 7). Belmont, CA: Cengage Learning. ISBN 9780534492762.
- Starr, C.; Taggart, R.; Evers, C.; Starr, L. (2008). Cell Biology and Genetics. Biology: The Unity and Diversity of Life (dalam bahasa Inggris) 1 (ed. 12). Belmont, CA: Cengage Learning. ISBN 9780495557982.
- Stewart, Melissa (2007). Cell Biology (dalam bahasa Inggris). Minneapolis: Twenty-First Century Books. ISBN 9780822566038.
- Stone, C.L. (2004). The Basics of Biology (dalam bahasa Inggris). Westport, CT: Greenwood Press. ISBN 9780313317866.
- Wheelis, Mark (2008). Principles of Modern Microbiology (dalam bahasa Inggris). Sudbury, MA: Jones & Bartlett Learning. ISBN 9780763710750.
- Yuwono, Triwibowo (2007). Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga. ISBN 9789797811921.
Pranala luar
Wikibooks memiliki informasi lebih banyak:
|
- Ixedu.com 3D Animations, Virtual Microscope, Activities, a Game and more! All about the cells.
- The Inner Life of A Cell, a flash video showing what happens inside of a cell
- The Virtual Cell
- Cells Alive!
- Journal of Cell Biology
- A comparison of the generational and exponential growth of cell populations
- High-resolution images of brain cells
- The Biology Project > Cell Biology
- The Image & Video Library of The American Society for Cell Biology, a collection of peer-reviewed still images, video clips and digital books that illustrate the structure, function and biology of the cell.
- Centre of the Cell online
- Biology sites
- Molecular Biology of the Cell NCBI Books
Sumber : google (tugas biologi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar