Selasa, 25 Februari 2014

Syi'ah

Syi'ah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Syi’ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه) ialah salah satu aliran atau mazhab. Secara umum, Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Syi'ah Zaidiyyah, termasuk Syi'ah yang tidak menolak kepemimpinan tiga Khalifah sebelum Khalifah Ali bin Abu Thalib. Syi'ah adalah bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamak-nya adalah "Syiya'an" (شِيَعًا). Syī`ī (Bahasa Arab: شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali. Secara garis besarnya, sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.[1]

Etimologi

Perangko Iran bertuliskan Hadits Gadir Kum. Ketika itu Nabi Muhammad menyebut Ali sebagai mawla.
Istilah Syi'ah berasal dari Bahasa Arab (شيعة) "Syī`ah". Lafadz ini merupakan bentuk tunggal, sedangkan bentuk pluralnya adalah "Syiya'an". Pengikut Syi'ah disebut "Syī`ī" (شيعي).
"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah "Syi`ah `Ali" (شيعة علي) yang berarti "pengikut Ali", yang berkenaan dengan turunnya Q.S. Al-Bayyinah ayat "khair al-bariyyah", saat turunnya ayat itu Nabi Muhammad bersabda, "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung - ya 'Ali anta wa syi'atuka hum al-faizun".[2]
Kata "Syi'ah" menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Kaum yang berkumpul atas suatu perkara.[3]
Adapun menurut terminologi Islam, kata ini bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib adalah yang paling utama di antara para sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya.[4]
Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan.

Ikhtisar

Peta demografi persebaran dan perbandingan populasi Sunni (hijau muda) dengan Syi'ah (hijau tua).
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Menurut keyakinan Syi'ah, Ali berkedudukan sebagai khalifah dan imam melalui washiat Nabi Muhammad.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Ahlus Sunnah menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.

Doktrin

Dalam Syi'ah, ada Ushulud-din (perkara pokok dalam agama) dan Furu'ud-din (perkara cabang dalam agama). Syi'ah memiliki lima perkara pokok, yaitu:
  1. Tauhid, bahwa Tuhan adalah Maha Esa.
  2. Al-‘Adl, bahwa Tuhan adalah Mahaadil.
  3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia.
  4. Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam yang senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian.
  5. Al-Ma'ad, bahwa akan terjadinya Hari Kebangkitan.
Dalam perkara ke-nabi-an, Syi'ah berkeyakinan bahwa:
  1. Jumlah nabi dan rasul Tuhan adalah 124.000.
  2. Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad.
  3. Nabi Muhammad adalah suci dari segala aib dan tanpa cacat sedikitpun. Beliau adalah nabi yang paling utama dari seluruh nabi yang pernah diutus Tuhan.
  4. Ahlul-Bait Nabi Muhammad, yaitu Imam Ali, Sayyidah Fatimah, Imam Hasan, Imam Husain dan 9 Imam dari keturunan Imam Husain adalah manusia-manusia suci sebagaimana Nabi Muhammad.
  5. Al-Qur'an adalah mukjizat kekal Nabi Muhammad.

Sekte-sekte

Sekilas aliran Syi'ah dan cabang-cabangnya.
Aliran Syi'ah dalam sejarahnya terpecah-pecah dalam masalah Imamiyyah. Sekte terbesar adalah Dua Belas Imam, diikuti oleh Zaidiyyah dan Ismailiyyah. Ketiga kelompok terbesar itu mengikuti garis yang berbeda Imamiyyah, yakni:

Dua Belas Imam

Disebut juga Imamiyyah atau Itsna 'Asyariah (Dua Belas Imam) karena mereka percaya bahwa yang berhak memimpin kaum Muslim hanyalah para Imam dari Ahlul-Bait, dan mereka meyakini adanya dua belas Imam. Aliran ini adalah yang terbesar di dalam Syiah. Urutan Imamnya adalah:
  1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
  2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
  3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
  4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
  6. Jafar bin Muhammad (703765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
  7. Musa bin Ja'far (745799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
  8. Ali bin Musa (765818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
  9. Muhammad bin Ali (810835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi
  10. Ali bin Muhammad (827868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
  11. Hasan bin Ali (846874), juga dikenal dengan Hasan al-Askari
  12. Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi

Zaidiyyah

Disebut juga Syi'ah Lima Imam karena merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan Imamnya adalah:
  1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
  2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
  3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
  4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
  5. Zaid bin Ali (658740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid, adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.

Ismailiyyah

Disebut juga Syi'ah Tujuh Imam karena mereka meyakini tujuh Imam, dan mereka percaya bahwa Imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan Imamnya adalah:
  1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
  2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
  3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
  4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
  6. Ja'far bin Muhammad bin Ali (703765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
  7. Ismail bin Ja'far (721755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.

Status

Di Indonesia, Menteri Agama, Surya Dharma Ali, di gedung DPR pada 25 Januari 2012 menyatakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan kementerian agama menyatakan Syiah bukan Islam, "Selain itu, Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997, tertanggal 14 Oktober 1997, ditandatangani Rais Am, M Ilyas Ruchiyat dan Katib KH. Drs. Dawam Anwar, yang mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propaganda Syiah dan perlunya umat Islam Indonesia memahami perbedaan prinsip ajaran Syiah dengan Islam. "Menag juga mengatakan Kemenag mengeluarkan surat edaran no. D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 tentang hal ihwal mengenai golongan Syiah, menyatakan Syiah tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam." Majelis Ulama Indonesia sejak lama telah mengeluarkan fatwa penyimpangan Syi'ah dan terus mengingatkan umat muslim seperti pada Rakernas MUI 7 Maret 1984[5] Selain itu, MUI Pusat telah menerbitkan buku panduan mengenai paham Syi’ah pada bulan September 2013 lalu berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia”.[6][7]
Pemerintah Malaysia menyatakan bahwa Syi'ah adalah sekte yang menyimpang dari Hukum Syariat dan Undang–Undang Islam yang berlaku di Malaysia, dan melarang penyebaran ajaran mereka di Malaysia.[8][9]

Kontroversi

Hubungan antara Sunni dan Syi'ah telah mengalami kontroversi sejak masa awal terpecahnya secara politis dan ideologis antara para pengikut Bani Umayyah dan para pengikut Ali bin Abi Thalib. Sebagian kaum Sunni menyebut kaum Syi'ah dengan nama Rafidhah, yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna meninggalkan.[10] Dalam terminologi syariat Sunni, Rafidhah bermakna "mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar bin Khattab, berlepas diri dari keduanya, dan sebagian sahabat yang mengikuti keduanya".
Sebagian Sunni menganggap firqah (golongan) ini tumbuh tatkala seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba yang menyatakan dirinya masuk Islam, mendakwakan kecintaan terhadap Ahlul Bait, terlalu memuja-muji Ali bin Abu Thalib, dan menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk mendapatkan kekhalifahan. Syi'ah menolak keras hal ini. Menurut Syiah, Abdullah bin Saba' adalah tokoh fiktif.
Namun terdapat pula kaum Syi'ah yang tidak membenarkan anggapan Sunni tersebut. Golongan Zaidiyyah misalnya, tetap menghormati sahabat Nabi yang menjadi khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib. Mereka juga menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan pertentangan di antara para sahabat mengenai masalah imamah Abu Bakar dan Umar.[11]

Sebutan Rafidhah oleh Sunni

Sebutan Rafidhah ini erat kaitannya dengan sebutan Imam Zaid bin Ali yaitu anak dari Imam Ali Zainal Abidin, yang bersama para pengikutnya memberontak kepada Khalifah Bani Umayyah Hisyam bin Abdul-Malik bin Marwan pada tahun 121 H.[12]
  • Syaikh Abul Hasan Al-Asy'ari berkata: "Zaid bin Ali adalah seorang yang melebihkan Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai Abu Bakar dan Umar, dan memandang bolehnya memberontak terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai'atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakar dan Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka: "Kalian tinggalkan aku?" Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka "Rafadhtumuunii".[13]
  • Pendapat Ibnu Taimiyyah dalam "Majmu' Fatawa" (13/36) ialah bahwa Rafidhah pasti Syi'ah, sedangkan Syi'ah belum tentu Rafidhah; karena tidak semua Syi'ah menolak Abu Bakar dan Umar sebagaimana keadaan Syi'ah Zaidiyyah.
  • Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: "Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka beliau (Imam Ahmad) menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakar dan Umar'."[14]
  • Pendapat juga diutarakan oleh Imam Syafi'i. Ia pernah mengutarakan pendapatnya mengenai Syi'ah dalam diwan asy-Syafi'i melalui penggalan syairnya: "Jika Rafidhah itu adalah mencintai keluarga Muhammad, Maka hendaknya dua makhluk (jin dan manusia) bersaksi bahwa aku adalah seorang Rafidhi.", Beliau juga berkata, "Mereka mengatakan, ‘Kalau begitu Anda telah menjadi Rafidhi?’ Saya katakan, ‘Sekali-kali tidak… tidaklah al-Rafdh (menolak Khalifah Abu Bakar dan Umar) itu agamaku, tidak juga keyakinanku." Imam Asy-Syafi'i berkata: "Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari Syi’ah Rafidhah." () [15]

Referensi

  1. ^ Christopher M. Blanchard, "Islam: Sunni and Syi'ah, Conggressional Research Service, 2010
  2. ^ Riwayat di Durul Mansur milik Jalaluddin As-Suyuti
  3. ^ Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu'ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin 'Ali Al-Awaji
  4. ^ Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm
  5. ^ http://www.beritasatu.com/nasional/27980-menag-syiah-bukan-islam.html
  6. ^ http://www.scribd.com/doc/183188603/BUKU-PANDUAN-MUI-MENGENAL-MEWASPADAI-PENYIMPANGAN-SYI-AH-DI-INDONESIA#download
  7. ^ http://www.tribunnews.com/regional/2014/02/03/mui-minta-umat-islam-mewaspadai-aliran-syiah
  8. ^ Andreas Gerry Tuwo (10 September 2013). "Malaysia Akan Tindak Tegas Penceramah Syiah". Okezone.com. Diakses 22 September 2013.
  9. ^ "Syiah Di Malaysia". e-fatwa.gov.my. Bahagian Pengurusan Fatwa, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). Diakses 22 September 2013.
  10. ^ Al-Qamus Al-Muhith, hal. 829
  11. ^ Baca al-Ghadir, al-Muroja'ah, Akhirnya Kutemukan Kebenaran, dll
  12. ^ Badzlul Majhud, 1/86
  13. ^ Maqalatul Islamiyyin, 1/137
  14. ^ Ash-Sharimul Maslul ‘Ala Syatimir Rasul hal. 567, karya Ibnu Taimiyyah
  15. ^ Adabus Syafi’i, m/s. 187, al-Manaqib karya al-Baihaqiy, 1/468 dan Sunan al-Kubra, 10/208. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486.

Bacaan lanjutan

Lihat pula

Pranala luar

Situs Syi'ah

Situs Non Syi'ah

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Syi%27ah

ISLAM

ZAMAN KEGELAPAN ISLAM DAN KETIBAAN ERA KEBANGKITAN ISLAM

Seruan kepada mereka yang memiliki kesedaran...

Manusia seolah-olah sudah lali dengan perkara-perkara yang sering mereka temui setiap hari. Apabila manusia pertama kali mendengar sesuatu berita tentang kekejaman yang berlaku, mereka menjadi begitu prihatin. Namun demikian, keprihatinan mereka itu hanya menjadi suatu perkara rutin tidak berapa lama kemudian.

Peperangan dan konflik yang berlaku di dalam dunia yang sedang kita diami ini adalah kes yang paling jelas dan nyata. Apabila sesebuah negara dijajah dan kemudian proses penyembelihan dan genocide (Pent: Tiada terjemahan tepat untuk perkataan genocide, maka istilah ini dikekalkan. Genocide ber­maksud pembunuhan seluruh bangsa atau kaum yang tertentu) bermula, kita akan dapat melihat banyak protes-protes anti-kekejaman yang diadakan di seluruh pelusuk dunia. Sebagai contoh, mari kita merenung semula detik-detik pertama tercetusnya konflik di Bosnia, ataupun Chechnya, ataupun Palestin... Imej seorang kanak-kanak Palestin yang berada di riba ayahnya yang tidak lama selepas itu menjadi sasaran peluru askar-askar Israel, bayi-bayi Chechen yang dibunuh ketika mereka sedang lena diulit mimpi, wanita, golongan tua dan kanak-kanak yang menjadi mangsa genocide yang sangat mengerikan di Bosnia...
Nuffnang Ads
Apabila manusia pertama kali melihat imej-imej kekejaman tersebut, mereka sering meluahkan perasaan marah dan berkata mahu melakukan sesuatu. Walau bagaimanapun, laporan-laporan kekejaman yang bertali-arus, yang tidak pernah putus-putus itu, akhirnya tidak berupaya untuk menarik perhatian mereka lagi. Semakin ramai manusia yang mati setiap hari, wanita-wanita dicabul kehormatannya, kanak-kanak sewenang-wenangnya ditembak atau kehilangan kaki setelah terpijak periuk api... Walau bagaimanapun, reaksi masyarakat ketika awal-awal konflik dan peperangan, akhirnya telah digantikan dengan sikap acuh tak acuh dan tidak ambil kisah. Apabila mereka membeli suratkhabar, mereka lebih suka membaca gosip-gosip artis berbanding berita-berita peperangan. Oleh sebab itulah, kematian manusia yang berlaku di Palestin, Chechnya, Kashmir ataupun Timur Turkistan hanya sekadar menjadi suatu "berita rutin."

Tambahan pula, propaganda-propaganda yang dicipta telah menggambarkan kebuasan-kebuasan manusia itu sebagai suatu perkembangan politik sahaja. Akibatnya, pembunuhan berterusan di Chechnya hanya dianggap sebagai urusan sulit pihak Rusia, apa yang berlaku di Palestin hanyalah suatu perjuangan untuk mendapatkan tanah di antara orang-orang Israel dan Palestin, dan penekanan puak Hindu ke atas penduduk Kashmir sebagai masalah yang berpunca daripada posisi strategik wilayah itu. Memang benar bahawa faktor sejarah dan ekonomi memainkan peranan penting yang mencetuskan konflik-konflik tersebut. Chechnya mempunyai kepentingan ekonomi dan strategi yang penting kepada Rusia. Orang-orang Yahudi yang fanatik terus berniat untuk menawan Jerusalem dan kawasan-kawasan pendudukan Palestin yang lain sejak berabad-abad lamanya. Namun demikian, faktor-faktor dalaman dan ekonomi bukanlah satu-satunya penyebab kepada tekanan yang dikenakan kepada orang-orang Chechen oleh pihak komunis Rusia, ataupun kekejaman yang dilakukan kepada umat Islam di Afrika, ataupun keganasan dan proses pembersihan etnik yang dideritai oleh umat Islam di rantau Balkan yang dilakukan di hadapan mata penduduk dunia. Di dalam bab-bab yang seterusnya, kita akan dapat melihat bahawa konflik-konflik yang tercetus itu adalah disebabkan identiti umat Islam itu sendiri.

Mereka dihimpit dengan berbagai-bagai bentuk penindasan kerana mereka adalah golongan yang beriman kepada Allah dan mahu hidup dengan berlandaskan Islam, dan mahu melihat anak-anak mereka menjadi orang-orang yang beriman juga. Kewujudan negara-negara kuat yang mementingkan nilai-nilai spirituil atau sebuah liga Islam yang kuat yang akan melindungi hak-hak umat Islam seadil-adilnya, telah menimbulkan ketakutan kepada golongan-golongan tertentu di Barat dan juga telah menimbulkan ancaman terhadap kepentingan pihak-pihak tertentu.

Aspek lain tentang hal ini ialah terdapat sesetengah manusia yang tidak mengetahui apa-apa pun tentang masyarakat yang hidup di negara-negara tersebut, dan malah tidak pernah mendengar sama sekali nama negara-negara itu. Situasi bagi seseorang yang tidak memiliki sebarang idea tentang kepayahan, penindasan, kekejaman, kebuluran, dan kemiskinan yang dideritai oleh umat Islam Sudan, Algeria, Indonesia, Myanmar, Djibouti dan Tunisia sebenarnya memerlukan suatu "makanan" untuk mengisi minda mereka. Ada juga segelintir manusia yang menyedari kekejaman dan ketidakadilan tersebut. Namun dia tidak mencuba untuk menghulurkan sebarang bantuan ataupun berusaha untuk menghentikan penindasan tersebut. Tambahan lagi, mereka sungguh yakin bahawa mereka tidak dapat melakukan apa-apa, malah laporan-laporan yang dibaca dan imej-imej kekejaman yang dilihat menerusi televisyen tidak dapat menyedarkan mereka walaupun sedikit.

Seseorang yang benar-benar beriman, walau bagai­mana­pun,bertanggungjawab sepenuhnya terhadap apa yang mereka lihat dan dengar. Allah menyeru umat Islam di dalam Al-Quran:

Mengapa kamu enggan berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik lelaki, wanita, mahupun kanak-kanak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami. Keluarkanlah kami dari negeri ini yang mempunyai penduduk yang zalim, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu. Dan berilah kami penolong dari sisi-Mu." (An-Nisaa', 75)

Sudah tiada sebab lagi bagi orang-orang yang memiliki kesedaran, yang patuh kepada arahan yang terkandung di dalam ayat di atas untuk terus menutup mata dan tidak mengendahkan apa yang sedang berlaku. Adalah sesuatu yang mustahil untuk umat Islam tidur dengan nyenyak di atas katil tanpa wujud sebarang perasaan tanggungjawab di hati mereka, membazirkan masa mereka, dan hanya memikirkan tentang kepentingan dan keseronokkan dirinya sahaja sewaktu kekejaman yang melampau-lampau sedang berlaku di seluruh dunia. Ini kerana orang-orang yang beriman mengetahui bahawa kunci asas untuk menyelesaikan masalah peperangan yang berat sebelah, pembunuhan beramai-ramai, kekejaman, kebuluran, dan kebejatan masalah sosial, atau dengan ringkas segala masalah yang ada di dunia ini, adalah dengan menyebarkan ajaran moral yang terkandung di dalam al-Quran.

Pengetahuan tentang perkara tersebut telah meletakkan suatu tanggungjawab besar di atas bahu mereka: iaitu menerangkan tentang ajaran Islam dan keindahan-keindahan yang dibawa olehnya, menyebarkan ajaran moral yang terkandung di dalam al-Quran, dan melancarkan peperangan ideologi kepada golongan ateis... (Pent: iaitu golongan yang tidak percaya kepada kewujudan Tuhan)

Sesiapa yang mengambil tugas mulia tersebut akan dapat membebaskan semua insan yang hidup di bawah penindasan dengan bantuan petunjuk al-Quran:

...Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan sebuah kitab yang jelas. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan yang selamat. Dan Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan kepada cahaya yang terang-benderang dengan izin-Nya, dan menunjuk mereka ke jalan yang lurus. (Al-Maaidah, 15-16)
 
Sumber : 
- harunyahya.com
- http://detikislam.blogspot.com/2012/08/zaman-kegelapan-islam-dan-ketibaan-era.html#

5 perkara yang perlu orang islam lindungi

Lima perkara yang perlu orang Islam lindungi

Islam agama keamanan. Menurut Dr Mahmood Mustafa Ayoub dalam buku karangannya, Islam Kepecayaan dan Amalan menjelaskan: Islam adalah kalimah terbitan dari perkataan salama yang bermaksud ‘mempersetujui  dan memperakui sesuatu atau memiliki keamanan’. Kata kerjanya pula ialah aslama yang bermaksud menyerahkan segala urusan hidup kepada kehendak Allah. Muslim  adalah mereka yang melakukan penyerahan ini. Agama Islam mempunyai prinsip undang-undang yang bertujuan memberi keamanan kepada manusia. Ini dapat di lihat dari perlaksaan syariahnya di dalam kehidupan manusia. 

Al-Quran menjelaskan matlamat ini di dalam surah anbiya’ ayat 107 yang bermaksud:

“Dan tidaklah Kami mengutuskan kamu(Muhammad) melainkan sebagai rahmat kepada seluruh alam.”

Inilah tujuan sebenar perutusan Rasulullah s.a.w  yang memperkenalkan sistem syariah Islam kepada manusia. Syariah ini mempunyai konsep keadilan dan keamanan. Dr Mohammad Hashim Kamali di dalam bukunya, Prinsip-Prinsip Dalam Undang-Undang Islam menyatakan bahawa kalimah rahmah ini membawa pengertian jelas tentang apa yang ingin di sampaikan oleh al-Quran dan Sunnah ialah menghilangkan kemudaratan yang wujud dalam kehidupan manusia, mengelakkan dari terjadinya sebarang kerosakan dan membina keadilan seterusnya membina keamanan sejagat. 

Dengan penjelasan ini, maka rahmat yang di bawa oleh nabi Muhammad s.a.w adalah jelas dinyatakan dalam perlaksanaan maslahah dalam kehidupan manusia. Maslahah ini juga perlu dijaga dan dipertahankan dari sebarang unsur yang boleh membawa kepada kemusnahannya. 

Oleh itu, ulama’ berpendapat bahawa rahmat merupakan asas perlaksanaan syariah.

Ulama’ Usulul Fiqh menjelaskan bahawa terdapat 3 pembahagiaan maslahah.Maslahah tersebut ialah Dhoruriyyat, Hajiyyaat dan Tahsiniyyat. Dr Abdul Karim Zaidan di dalam bukunya Al-Wajir Fi Usulul Fiqh menjelaskan bahawa dhoruriyyat adalah perkara yang sangat diperlukan oleh manusia bagi menjamin kehidupan yang sempurna. Dhoruriyyat juga diperlukan bagi memastikan kehidupan mereka tidak membawa kepada sebarang bentuk kesengsaraan. Terdapat 5 perkara yang sangat diperlukan itu adalah agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta. Keperluan yang dimaksudkan itu adalah agama, jiwa, aqal, keturunan dan harta. Kelima-lima perkara ini perlu dititik beratkan dan dilindungi.


1. Agama         
Perkara pertama ialah agama. Manusia memerlukan agama yang benar untuk memastikan aktiviti harian mereka dipandu oleh prinsip yang di bawa agama tersebut. Ini kerana manusia tidak akan mampu mencapai kebahagiaan hidup tanpa panduan agama. Tidak ada agama yang mampu merealisasikan matlamat ini melainkan agama Islam. 

Allah s.w.t berfirman di dalam surah Al-Imran ayat 19 sebagaimana bermaksud:
“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah agama Islam.”

Lantaran kepentingan agama, Allah telah mengizinkan para sahabat di zaman Rasul s.a.w untuk berperang. Allah s.w.t berfirman di dalam surah Al-Hajj ayat 39 yang bermaksud:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangai, kerana sesungguhnya mereka telah dizalimi, dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Berkuasa menolong mereka.”


2. Jiwa
Perkara kedua ialah jiwa. Islam amat menitik beratkan aspek menjaga jiwa. Hanya dengan jiwa manusia menjadi satu entiti yang hidup. Di dalam al-Quran Allah menegah sama sekali manusia dari melakukan perbuatan membunuh. Ini bertujuan untuk memberi jaminan kepada perlindungan jiwa. Allah berfirman dalam surah al-Isra’ ayat 33 yang bermaksud:

“dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar, dan barang siapa yang membunuh secara zalim maka sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan(hak untuk membalas) kepada ahli warisnya, tetapi janganlah mereka(ahli waris) itu melampaui batas dalam membunuh(membalas), sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan.”


3. Keturunan
Islam amat menekankan kepada penganutnya untuk mementingkan penjagaan keturunan dari sebarang unsur yang boleh merosakkannya. Dari keturunan, terbinanya kesinambungan zuriat manusia di dunia ini. Penenkanan Islam ini dapat di lihat dari pengharaman zina di dalam Al-Quran. Sebagaimana yang di dapati di dalam surah Al-Isra’ ayat 32 sebagaimana bermaksud:

“ Dan janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”

Islam tidak hanya melarang dari melakukan perbuatan yang mepunyai unsur-unsur yang boleh membawa kepada zina, bahkan turut menyediakan satu hukuman tetap kepada mereka yang melakukan perbuatan zina ini. Ini dapat dilihat dari al-Quran surah An-Nur ayat 2 yang bermaksud:

“ Penzina perempuan dan penzina lelaki, maka rotanlah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali, dan janganlah  kasihan  kepada keduanya menyebabkan kamu tidak menjalankan agama Allah,jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah hukuman itu disaksikan oleh golongan yang beriman.”

Larangan dari mendekati zina  dengan ketetapan bentuk hukuman yang akan diterima membuktikan bahawa Islam amat mementingkan perlindungan aspek keturunan ini. Harus di ingatkan bahawa hukuman yang di tetapkan bukanlah bertujuan untuk mendenda mereka yang melakukan perbutan ini, tetapi di sebalik perlaksanaan hukuman ini tersembunyi hikmah untuk melindungi keturunan manusia.


4.Akal
Perkara yang keempat adalah akal. Akal sangat penting kepada kehidupan manusia. Dengan pertimbangan akal yang waras memastikan tindakan yang dilakukan adalah tepat. Ketepatan dalam membuat keputusan amat penting bagi manusia kerana ianya boleh mempengaruhi aktiviti harian dan memberi kesan langsung kepada keharmonian hidup. Dengan akal yang cerdas memberi kelebihan kepada seorang pelajar untuk mecapai kejayaan berbanding dengan rakan mereka yang lain. Begitu juga dengan ibu bapa, mereka perlu bijak melakukan keputusan dan tindakan demi menjamin kebahagiaan keluarga. Oleh sebab itu antara langkah awal Islam untuk menjaga kepentingan akal ini kepada manusia, Allah telah mengharam arak kepada umat islam. Ini dapat dilihat dari surah al-Maaidah ayat 90 yang bermaksud:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya khamar, berjudi, korban berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji yang merupakan sebahagian dari perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan.”


5. Harta
Perkara terakhir yang perlu di lindungi oleh manusia ialah harta. Untuk mendapatkan harta, manusia memerlukan usaha, tenaga dan masa. Mereka perlu bekerja untuk mendapatkan harta. Dengan harta manusia dapat memenuhi keperluan mereka untuk hidup seperti makan, minum, berkeluarga dan sebagainya. Dengan ini jelaslah bahawa harta merupakan perkara penting bagi memastikan keharmonian hidup manusia. Islam menyedari hakikat ini. Oleh itu Allah s.w.t telah memberi panduan kepada manusia dalam usaha mereka untuk mendapatkan harta. Di dalam surah an-Nisa’ ayat 29 Allah telah berfirman yang bermaksud:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama kamu dengan cara yang salah, kecuali melalui perniagaan yang berlaku dengan saling mempersetujui antara kamu, Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Walaubagaimanapun, Islam tidak hanya memberi panduan kepada manusia, bahkan turut menetapkan hukuman kepada mereka yang mengambil harta orang lain dengan jalan mencuri. 

Hal ini dapat di lihat daam surah al-Maidah ayat 38 yang bermaksud:

“ pencuri laki-laki dan pencuri perempuan , maka potonglah tangan kedua-duanya, sebagai balasan bagi apa yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Sesungguhnya, Islam tidak sama sekali datang untuk memberi beban kepada manusia. Islam selaku agama milik Pencipta manusia pastinya sudah mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada pada manusia. Allah s.w.t sama sekali tidak membebankan makhluk dengan hukuman yang telah ditetapkannya. Semua bentuk larangan Allah mengandungi kemudharatan kepada manusia, dan semua perkara yang di halalkan oleh Allah mengandungi hikmah kebaikan kepada manusia. Renungilah firman Allah yang bermaksud:

“…dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban serta belengggu-belenggu(kesusahan)yang ada pada mereka…” (Al-Quran 7:157)
 
Sumber : http://detikislam.blogspot.com/2013/05/lima-perkara-yang-perlu-orang-islam.html#